KAMI INDONESIA – Mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, melontarkan kemarahan kepada petugas Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, akibat penundaan pesawat yang terjadi selama beberapa jam. Kejadian ini mencuri perhatian publik setelah video situasi tegang di bandara viral di media sosial TikTok.
Dalam insiden tersebut, Ridwan Kamil bersama penumpang lainnya mempertanyakan alasan di balik penundaan yang diduga disebabkan oleh proyek pengaspalan yang sedang berlangsung. Meskipun meminta dialog dengan pihak yang berwenang, permintaan tersebut tidak digubris oleh petugas.
Kejadian di Bandara Bali
Pada pagi hari sekitar pukul setengah tiga, Ridwan Kamil bersama pelancong lainnya mengantri di area bandara menunggu penjelasan mengenai keterlambatan pesawat mereka. Dalam video yang viral, tampak RK meminta penjelasan dari petugas mengenai status penerbangannya.
Ridwan Kamil menegaskan hak penumpang untuk mendapatkan informasi yang jelas dan meminta agar ia dapat berbicara langsung dengan General Manager Bandara. Ia menyampaikan pentingnya transparansi informasi kepada penumpang yang telah membayar tiket.
Permintaan Dialog yang Tidak Digubris
RK menekankan bahwa penumpang berhak mengetahui alasan dibalik penundaan penerbangan yang terjadi. Ia mengekspresikan ketidakpuasan atas respons petugas yang dinilai tidak memadai, dengan menegaskan, ‘Kami ingin dengar dari pengambil keputusan yang teknis… Anda tidak berani.’
Keluhan juga disuarakan oleh penumpang lainnya yang merasa dirugikan atas waktu tunggu yang terlalu lama dan kondisi fasilitas, seperti pendingin udara yang dimatikan. ‘Sudah setengah tiga. AC juga udah mati,’ keluh salah satu penumpang.
Kritik Terhadap Manajemen Bandara dan Maskapai
Ketegangan semakin meningkat saat Ridwan Kamil beralih perhatian kepada pihak maskapai, Super Air Jet, berharap adanya solusi dari mereka. Namun, perwakilan maskapai juga tidak mampu memberikan jawaban yang memadai bagi penumpang yang merasa kecewa.
RK mengungkapkan pandangannya mengenai manajemen yang ada, dengan menyebut bahwa petugas bandara dan maskapai hanya bertindak sebagai ‘kurir’ tanpa mempunyai kuasa untuk mengambil keputusan. ‘Kesimpulannya, pihak bandara maupun airlines tidak solutif,’ ujarnya menekankan ketidakpuasan yang dirasakannya.