KAMI INDONESIA – Awan abu yang dihasilkan dari letusan gunung berapi dapat menciptakan masalah kesehatan yang signifikan bagi masyarakat. Tidak sedikit orang yang menganggap masker biasa sudah cukup untuk melindungi diri, padahal kenyataannya berbeda.
Abu vulkanik memiliki partikel halus yang dapat membahayakan saluran pernapasan jika terhirup. Oleh karena itu, penting untuk memahami perbedaan antara masker biasa dan respirator yang lebih canggih.
Partikel Abu Vulkanik dan Dampaknya
Abu vulkanik terdiri dari berbagai ukuran partikel, termasuk yang sangat kecil, yaitu PM10 dan PM2.5. Partikel ini dapat masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan masalah kesehatan serius, seperti iritasi saluran pernapasan dan gangguan paru-paru.
Berdasarkan penelitian, paparan jangka panjang pada partikel halus ini dapat memicu penyakit kronis, termasuk penyakit jantung dan stroke. Makanya, kita perlu lebih dari sekadar masker kain biasa untuk melindungi diri dari risiko ini.
Masker Biasa vs. Respirator
Masker biasa, seperti yang sering digunakan dalam kegiatan sehari-hari, biasanya tidak dirancang untuk menyaring partikel ultrab kecil. Oleh karena itu, penggunaannya dalam situasi abu vulkanik menjadi tidak efektif dan berisiko tinggi.
Di sisi lain, respirator N95 atau jenis respirator lainnya memiliki kemampuan menyaring hingga 95% dari partikel kecil, termasuk abu vulkanik. Ini adalah pilihan yang jauh lebih baik untuk perlindungan pernapasan saat terjadi erupsi.
Menghadapi Abu Vulkanik dengan Bijak
Ketika erupsi gunung terjadi, penting untuk mendapatkan informasi terbaru tentang situasi, termasuk peringatan terkait kualitas udara. Pemerintah dan lembaga terkait sering kali menyediakan informasi yang berguna bagi masyarakat.
Selain menggunakan respirator yang sesuai, menjaga kebersihan lingkungan sekitar juga sangat penting. Menghindari keluar rumah saat abu berjatuhan dan menjaga ventilasi di dalam rumah dapat membantu mengurangi dampak kesehatan dari paparan abu.