KAMI INDONESIA – Kehadiran BYD Atto 1 di pasar otomotif Indonesia memberikan dampak signifikan, khususnya dalam segmen mobil Low Cost Green Car (LCGC). Dengan harga yang bersaing mulai dari Rp 195 juta, Atto 1 diharapkan akan menjadi pilihan menarik bagi konsumen.
Daihatsu Sigra yang saat ini menjabat sebagai ‘Raja LCGC’ dengan penguasaan pangsa pasar hingga 41% perlu menghadapi tantangan baru dari mobil listrik ini. Marketing & Customer Relation Division Head PT Astra International Tbk. Daihatsu Sales Operation, Tri Mulyono, menyatakan harapannya untuk memperlebar pasar dengan kehadiran produk baru seperti Atto 1.
Kehadiran BYD Atto 1
BYD baru saja meluncurkan Atto 1, sebuah mobil listrik kecil yang ditawarkan dengan harga kompetitif. Rentang harga Atto 1 berkisar antara Rp 195 juta hingga Rp 235 juta, yang bersaing langsung dengan model-model LCGC yang telah ada di pasaran.
Mobil listrik ini diharapkan dapat menarik perhatian konsumen yang tadinya lebih memilih kendaraan bertenaga konvensional. Posisi harga yang relevan menunjukkan potensi Atto 1 untuk memperluas segmen mobil ramah lingkungan di Indonesia.
Tri Mulyono dan Harapan untuk Pasar
Tri Mulyono menjelaskan bahwa kehadiran merek baru seperti BYD bisa memberikan angin segar bagi pasar otomotif Indonesia yang tengah mengalami penurunan. “Kita berharap dengan adanya banyak maker baru atau model-model baru, bisa menambah gairah di pasar otomotif Indonesia,” ujarnya.
Namun, ia juga menyampaikan bahwa adopsi mobil listrik di kisaran harga tersebut masih perlu studi lebih lanjut. Menurutnya, “Kita harus melihat lebih dahulu. Karena selama ini kan (mobil listrik) bermain di segmen yang tinggi.”
Daihatsu Sigra dan Dominasi di Pasar LCGC
Daihatsu Sigra saat ini masih memegang posisi yang kuat di pasar mobil LCGC dengan pangsa pasar sebesar 41%. Tri menekankan bahwa meskipun Atto 1 menawarkan harga menarik, peluncuran kendaraan listrik tersebut belum tentu akan menggoyang dominasi Sigra.
Daihatsu terus memantau tingkat penerimaan konsumen terhadap kendaraan elektrifikasi yang dibanderol di bawah Rp 200 juta. “Adopsi (kendaraan) elektrifikasi itu masih harus kita lihat bersama,” jelasnya.