KAMI INDONESIA – Kashmir, sebagai wilayah yang menjadi sumber ketegangan berkepanjangan antara India dan Pakistan, kembali memanas setelah serangan bersenjata yang menewaskan 26 orang pada 22 April 2025. Serangan ini terjadi di Pahalgam, sebuah area wisata yang terkenal di Kashmir, dan menyasar sekelompok turis. India menuduh Pakistan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan ini, mengklaim bahwa serangan tersebut merupakan salah satu aksi terorisme terburuk di wilayah itu sepanjang abad ke-21. Ketegangan ini bukan hanya memperburuk hubungan bilateral, tetapi juga memengaruhi stabilitas regional di kawasan yang telah lama dilanda konflik.
Respon Perdana Menteri Modi
Menanggapi situasi yang berkembang, Perdana Menteri India, Narendra Modi, memberikan ‘kebebasan operasional’ kepada militer India untuk merespons secara efektif terhadap serangan tersebut. Keputusan ini diambil setelah rapat strategis dengan pemimpin militer dan keamanan pada 29 April 2025. Kebijakan ini memberikan otoritas penuh kepada angkatan bersenjata untuk menentukan cara, target, dan waktu respons yang tepat terhadap serangan teror.
Kekhawatiran Internasional
Seiring dengan peningkatan ketegangan ini, negara-negara di dunia, termasuk China dan Amerika Serikat, mulai menyampaikan kekhawatiran yang mendalam terhadap potensi konflik antar negara yang memiliki kekuatan nuklir ini. Tanggung jawab yang lebih besar muncul bagi kedua negara untuk menahan diri agar tidak terlibat dalam aksi militer lebih lanjut yang dapat berdampak negatif tidak hanya pada mereka sendiri, tetapi juga pada stabilitas kawasan dan dunia.
Keterlibatan Militer dan Aktivitas di Garis Kontrol
Militer India melaporkan bahwa dalam beberapa hari setelah serangan, telah terjadi baku tembak yang intens dengan pasukan Pakistan di Garis Kontrol (LoC), yang menjadi perbatasan de-facto antara kedua negara di Kashmir. Meskipun militer Pakistan tidak mengonfirmasi keterlibatan mereka, laporan dari radio pemerintah Islamabad menyebutkan bahwa mereka berhasil menembak jatuh sebuah drone mata-mata India yang dianggap melanggar wilayah udara mereka. Insiden seperti ini menambah ketegangan yang sudah ada di kawasan tersebut.
Sejarah Perpecahan di Kashmir
Ketegangan di Kashmir tidak terlepas dari sejarah panjang konflik yang dimulai sejak India dan Pakistan meraih kemerdekaan pada 1947. Setiap negara mengklaim wilayah Kashmir dan ketegangan ini mencapai puncaknya dengan beberapa konflik bersenjata dan gelombang pemberontakan yang dipicu oleh ketidakpuasan lokal. Penggunaan Undang-Undang Kekuatan Khusus Angkatan Bersenjata (AFSPA) oleh India untuk memerangi pemberontakan telah mengundang kritik internasional dan menambah ketidakpercayaan di antara kedua pihak.
Kesimpulan dan Prospek Kedepan
Dengan situasi yang semakin memanas, masa depan Kashmir tetap menjadi pertanyaan yang belum terjawab. Tindakan militer yang menggempur mungkin menciptakan situasi yang lebih berbahaya, dan ancaman konflik yang lebih besar antara India dan Pakistan tetap ada. Komunitas internasional kini dihadapkan pada tantangan untuk meredakan ketegangan dan mendorong dialog yang konstruktif di antara kedua negara, agar konflik yang sudah berlangsung lama ini dapat diselesaikan secara damai.