KAMI INDONESIA – Elon Musk, CEO Tesla dan SpaceX, bergabung dengan pemerintahan Donald Trump sebagai penasihat senior dan kepala Departemen Efisiensi Pemerintah Federal Amerika Serikat (DOGE) dengan tujuan untuk merombak birokrasi dan mengurangi pengeluaran pemerintah.
Musk mendapatkan wewenang yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk melakukan pemangkasan anggaran dan restrukturisasi organisasi pemerintah yang dianggap terlalu besar dan tidak efisien.
Kritik dan Ketidakpuasan Terhadap Kebijakan Pemerintah
Dalam posisi ini, Elon Musk mulai melontarkan kritik terhadap kebijakan pemerintahan, khususnya terkait dengan RUU yang menyebabkan defisit anggaran yang besar. Ia merasa bahwa inisiatif yang ia usung dalam DOGE tidak sejalan dengan kebijakan tersebut.
Salah satu titik kritis datang pada 27 Mei 2025, ketika Musk mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap pengeluaran pemerintah yang terus meningkat, yang berujung pada keputusan untuk mundur dari jabatannya.
Saham Tesla dan Penurunan Penjualan
Sebelum pengunduran dirinya, Tesla, perusahaan yang dipimpin Musk, mengalami penurunan penjualan yang signifikan di berbagai pasar internasional.
Data menunjukkan penjualan kendaraan Tesla di Australia turun 72 persen dan di Jerman hingga 76 persen pada bulan Februari. Hal ini berimplikasi pada penurunan nilai saham Tesla hampir 50 persen sejak akhir tahun 2024.
Kondisi ini berkontribusi pada penurunan kekayaan bersih Musk dan membuatnya lebih kritis terhadap kebijakan ekonomi yang ada.
Protes dan Reaksi Publik
Di tengah masa jabatannya, Musk juga menghadapi gelombang protes dan boikot terhadap Tesla oleh masyarakat yang merasa tidak puas dengan kebijakan pemerintahan Trump.
Demonstrasi berlangsung di berbagai kota besar seperti Los Angeles, Philadelphia, Boston, dan New York, menciptakan suasana yang semakin memanas di lingkungan kerja Musk.
Protes ini dipicu oleh ketidakpuasan publik terhadap berbagai kebijakan yang diimplementasikan pemerintah, di mana Musk sebagai salah satu penasihat utama menjadi sorotan perhatian.
Frustrasi Menghadapi Birokrasi Pemerintah
Pengunduran diri Musk tidak hanya terpicu oleh kritik atas kebijakan, tetapi juga oleh pengalaman frustrasi yang dialaminya saat berhadapan dengan birokrasi pemerintah. Selama masa jabatannya, ia mengalami banyak penolakan terhadap upaya reformasi yang ingin dilakukannya.
Banyaknya tuntutan hukum, pemangkasan lembaga pemerintah, dan PHK massal membuat Musk merasa terbatas untuk melakukan perubahan yang diinginkannya, sehingga berkontribusi pada keputusan akhirnya untuk mundur.
Elon Musk secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya pada 28 Mei 2025, menandai akhir dari periode penuh gejolak yang dialaminya di pemerintahan. Dalam penyataan tersebut, ia masih optimis mengenai misi DOGE dan menekankan perlunya pengurangan pemborosan anggaran.