KAMI INDONESIA – Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, meletus pada Sabtu dini hari, 2 Agustus 2025, dengan kekuatan yang signifikan. Erupsi ini menghasilkan kolom abu dengan ketinggian mencapai 18.000 meter, serta asap berwarna kelabu hingga hitam yang terlihat jelas dari jarak jauh.
Menurut keterangan dari Pos Pengamatan Gunung Lewotobi, Emanuel Rofinus Bere, aktivitas ini menunjukkan tanda-tanda peningkatan potensi bahaya, yang perlu menjadi perhatian masyarakat dan wisatawan yang berada di sekitar area tersebut.
Detail Erupsi dan Aktivitas Vulkanik
Erupsi Gunung Lewotobi tercatat terjadi pada pukul 01.05 Wita, dengan keluarnya kolom abu tinggi yang menarik perhatian banyak pihak. Selain itu, aliran lava juga terpantau mengalir ke arah barat-barat laut sejauh 3.800 meter dan ke timur laut sejauh 4.340 meter dari pusat erupsi.
Emanuel Rofinus Bere menyampaikan bahwa letusan ini diikuti oleh aktivitas guguran yang tercatat sebanyak tiga kali, dengan amplitudo antara 14,8 hingga 29,6 milimeter. Tercatat pula 58 kali aktivitas vulkanik yang terjadi, dengan amplitudo berkisar antara 4,4 hingga 47,3 milimeter dan durasi 10 hingga 21 detik.
Fenomena ini menunjukkan adanya aktivitas vulkanik yang signifikan, yang seharusnya menjadi perhatian serius bagi masyarakat serta pihak berwenang dalam mengantisipasi potensi terjadinya bencana.
Status Awas dan Imbauan untuk Masyarakat
Setelah meningkatnya aktivitas vulkanik, status Gunung Lewotobi diketahui berada pada level IV atau Awas. Masyarakat dan wisatawan diminta untuk menjauhi area dalam radius 6 kilometer dari pusat erupsi, terutama sektor barat daya hingga timur laut radius 7 kilometer.
Emanuel juga mengingatkan bahwa masyarakat di sekitar gunung perlu waspada akan potensi banjir lahar hujan yang dapat terjadi pada sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung, terutama saat hujan dengan intensitas tinggi.
Sebagai langkah pencegahan, masyarakat yang terpapar hujan abu diimbau untuk menggunakan masker atau penutup mulut dan hidung guna melindungi diri dari dampak buruk yang mungkin timbul.
Dampak di Wilayah Sekitar
Kepala Desa Pululera, Paulus Sanga Tukan, melaporkan dampak signifikan dari letusan tersebut. Ia menyebutkan bahwa wilayahnya mengalami hujan pasir, dengan intensitas yang berbeda antara letusan pertama dan kedua.
Menurutnya, pada letusan pertama, hujan pasir yang turun terlihat tipis, namun saat letusan kedua terjadi, hujan pasir menjadi sangat tebal dan mempengaruhi aktivitas sehari-hari masyarakat di sekitarnya.
Dampak ini menunjukkan bahwa erupsi Gunung Lewotobi tidak hanya memiliki konsekuensi lingkungan, tetapi juga berpengaruh langsung terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat lokal dalam jangka pendek maupun panjang.