KAMI INDONESIA – BRICS, sebagai sebuah aliansi yang terbentuk oleh Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, telah menjadi entitas penting dalam kancah ekonomi global.
Meskipun menawarkan potensi dukungan ekonomi dan politik, tidak semua negara antusias bergabung. Argentina jadi negara yang menolak untuk bergabung dengan BRICS menunjukkan bahwa alasan penolakan mereka tidak bisa dianggap sepele.
Argentina sebelumnya diharapkan menjadi anggota baru BRICS, tetapi keputusan Presiden Javier Milei untuk membatalkan rencana tersebut menunjukkan keraguan yang besar. Milei meyakini bahwa Argentina belum siap untuk menjadi anggota penuh, mencerminkan tantangan identitas ekonomi yang dihadapi.
Salah satu alasan utama bagi negara-negara yang menolak gabung dengan BRICS adalah ketidakpastian yang ditimbulkan dari keputusan ekonomi BRICS sendiri. Ketika negara-negara anggota memiliki ketidaksesuaian dalam tujuan dan minat, kemungkinan terjadinya ketegangan dan konflik internal akan meningkat, menciptakan keraguan tentang keberhasilan jangka panjang aliansi ini.
Setiap negara memiliki kebijakan ekonomi dan politik yang khas. Beberapa negara memilih untuk berdiri sendiri atau lebih memilih aliansi yang lebih tradisional. Mereka bimbang tentang potensi perubahan yang mungkin dibawa oleh BRICS yang dapat mengganggu keseimbangan kebijakan nasional mereka.
Sejumlah negara melihat BRICS sebagai klub tertutup yang mungkin tidak memberikan manfaat signifikan bagi negara berkembang. Dengan pengaruh besar yang dimiliki oleh negara mayoritas seperti China dan India, ketidakpastian muncul mengenai seberapa banyak negara baru benar-benar dapat berkontribusi dan mendapat keuntungan dari keanggotaan ini.
Dalam dunia yang semakin terintegrasi, tetap mempertahankan otonomi dan kemandirian menjadi prioritas bagi banyak negara. Penolakan untuk bergabung dengan BRICS adalah langkah strategis untuk memastikan bahwa mereka dapat mengambil keputusan mandiri tanpa harus terpengaruh oleh dinamika dalam aliansi yang lebih besar.