KAMI INDONESIA – Ekonomi dibagi menjadi dua pendekatan utama yang penting untuk dipahami, yaitu ekonomi positif dan ekonomi normatif. Meskipun terdengar serupa, keduanya memiliki perbedaan mendasar yang berpengaruh terhadap analisis ekonomi.
Ekonomi positif berfokus pada fakta dan analisis yang dapat diuji, sedangkan ekonomi normatif berkaitan dengan opini dan nilai-nilai. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri lebih dalam tentang kedua konsep ini dan aplikasinya.
Pengertian Ekonomi Positif
Ekonomi positif merupakan cabang ilmu ekonomi yang bertumpu pada pengamatan dan analisis data yang bisa diuji kebenarannya. Contohnya, seorang ekonom dapat mengatakan, ‘Jika suku bunga naik, maka konsumsi akan menurun’, yang artinya pernyataan tersebut dapat diujikan melalui data.
Pendekatan ini bertujuan untuk memahami bagaimana sistem ekonomi beroperasi tanpa melibatkan pendapat pribadi. Ciri khas dari ekonomi positif adalah objektivitas, di mana analisisnya tidak melibatkan nilai atau norma.
Pengertian Ekonomi Normatif
Sebaliknya, ekonomi normatif adalah bagian dari ilmu ekonomi yang fokus pada pandangan subjektif dan nilai-nilai. Sebuah pernyataan seperti, ‘Pemerintah seharusnya menaikkan upah minimum untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja’, menunjukkan adanya nilai yang dipegang oleh individu atau kelompok.
Ekonomi normatif bermanfaat dalam pembuatan keputusan, namun pernyataan ini tidak selalu dapat dibuktikan secara empiris. Ini lebih tentang bagaimana seharusnya sesuatu dilakukan berdasarkan pandangan tertentu.
Contoh dan Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Contoh nyata dari ekonomi positif dapat dilihat saat pengamat pasar menggunakan data pengangguran untuk memprediksi kondisi ekonomi. Data tersebut memberikan fakta konkret yang membentuk dasar untuk rekomendasi kebijakan ekonomi.
Di sisi lain, dalam ekonomi normatif, bisa ditemukan argumen bahwa pemerintah sebaiknya lebih aktif dalam menciptakan lapangan kerja. Hal ini sering kali dipengaruhi oleh latar belakang budaya dan nilai-nilai individu.