KAMI INDONESIA – Tim ilmuwan dari Universitas Stockholm dan Museum Sejarah Alam Swedia telah menemukan kelas baru PFAS di lemak paus pembunuh, mengungkap lima senyawa fluorotelomer sulfone yang belum pernah dilaporkan sebelumnya pada satwa liar. Penemuan ini menantang pemahaman lama mengenai PFAS yang selama ini diketahui menumpuk di organ kaya protein.
Identifikasi Senyawa PFAS Baru
Penelitian yang dilakukan bersama mitra di Greenland dan Kanada menunjukkan bahwa senyawa baru PFAS ini menumpuk di jaringan lemak. Jenis PFAS netral ini dapat berinteraksi dengan lemak netral seperti blubber.
Dengan menggunakan teknik mass spectrometry yang canggih, ilmuwan menganalisis sampel jaringan paus dari Greenland dan Swedia. Total zat mengandung fluor dalam lemak paus pembunuh mencapai 75%, sementara tidak terdeteksi di hati, menandakan sifatnya sebagai ‘pecinta lemak’.
Dampak terhadap Ekosistem dan Kesehatan
Temuan ini mengindikasikan bahwa beban PFAS pada mamalia laut selama ini mungkin telah diremehkan. Mengingat bahwa blubber dapat menyumbang setengah dari massa tubuh mamalia laut, pemantauan PFAS larut lemak menjadi krusial.
Penulis studi juga menegaskan perlunya pemantauan PFAS yang lebih komprehensif di ekosistem Arktik untuk memahami sepenuhnya paparan terhadap bahan kimia berbahaya ini. Ini penting mengingat dampaknya yang berpotensi besar terhadap kesehatan manusia, terutama di komunitas yang bergantung pada mamalia laut sebagai sumber konsumsi tradisional.