KAMI INDONESIA – Keluarga Prada Lucky Namo, seorang anggota TNI, meminta pelaku penganiayaan yang menyebabkan kematiannya dihukum mati. Permintaan ini muncul setelah dugaan bahwa Prada Lucky meninggal akibat penganiayaan oleh seniornya di Nusa Tenggara Timur.
Detil Kasus dan Temuan Awal
Prada Lucky, yang baru dua bulan bertugas di Batalion Teritorial Pembangunan (TP) 834 Waka Nga Mere di Nagekeo, ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan, dipenuhi luka yang berjumlah banyak. Kematian Prada Lucky diduga merupakan hasil penganiayaan brutal oleh seniornya di instansi militer tersebut.
Ibu dan ayahnya, Sersan Mayor Christian Namo dan istrinya, sangat terpukul atas kejadian ini. Mereka sangat berharap ada keadilan bagi putra mereka yang dicintai.
Ditemukan bahwa tubuh Prada Lucky memiliki lebam, memar, serta sejumlah luka tusukan di punggung dan kakinya, menunjukkan adanya penganiayaan. Foto dan video yang beredar mendukung keterangan ini, memperlihatkan kondisi yang sangat memprihatinkan.
Kecewa atas Penolakan Otopsi
Sersan Mayor Christian Namo mengungkapkan kekecewaannya terkait penolakan dua rumah sakit di Kupang, yakni RS Tentara dan RS Polri, untuk melakukan otopsi. “Saya ingin agar negara hadir dan mengungkap pelaku penyebab kematian anak saya,” ujarnya.
Prada Lucky dilantik menjadi anggota TNI dua bulan sebelum kejadian tragis ini. Ia ditugaskan di Batalyon Pembangunan 843 yang terlibat dalam pembangunan masyarakat setempat.
Keluarga menuntut kejelasan mengenai penyebab kematian Prada Lucky yang mereka yakini tidak wajar. Penolakan untuk melakukan otopsi hanya semakin menambah kekecewaan dan ketidakpuasan mereka terhadap sistem hukum yang ada.
Tanggapan dari Pihak Militer
Terkait kasus tragis ini, pihak Korem 161/Wira Sakti belum memberikan pernyataan resmi yang rinci mengenai kematian Prada Lucky. Seorang sumber dari Korem menyatakan bahwa saat ini kasus tersebut masih dalam tahap penyelidikan.
Keluarga merasa sangat berharap sejumlah pelaku segera ditemukan dan keadilan diberikan bagi Prada Lucky. Masyarakat pun mengikuti perkembangan kasus ini dengan penuh perhatian, mengharapkan transparansi dalam penanganannya.
Pihak keluarga telah menyampaikan tuntutan yang jelas, termasuk hukuman mati bagi pelaku. Hal ini mencerminkan intensitas rasa kehilangan dan harapan akan terungkapnya kebenaran.
