KAMI INDONESIA – Belakangan ini, keberadaan beras oplosan yang dijual dengan label premium menjadi sorotan masyarakat. Campuran beras kualitas rendah dalam kemasan bermerek ini menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap kesehatan.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, Taruna Ikrar, menyatakan bahwa hingga kini belum ada laporan keracunan akibat konsumsi beras oplosan, walaupun BPOM tetap mewaspadai situasi tersebut.
Pengawasan dan Tindakan BPOM
Taruna Ikrar menjelaskan bahwa pengawasan beras mentah merupakan tanggung jawab Badan Pangan Nasional. Namun, BPOM tidak akan segan mengambil tindakan untuk produk yang telah diolah dan berpotensi membahayakan konsumen.
Dalam keterangannya, Ikrar menekankan, “Sekarang ini belum ada laporan tentang itu. Tapi kalau ada orang yang makan [lalu sakit] atau keracunan, kami akan turun tangan,” saat ditemui di kantor BPOM RI.
BPOM sedang melakukan pemeriksaan dan investigasi terkait kasus beras oplosan untuk menjamin keamanan pangan dan menjaga kualitas beras yang beredar di masyarakat.
Investigasi Temukan Praktik Pengoplosan
Penemuan beras premium yang dicampur beras mutu rendah diungkap setelah dilakukan investigasi oleh Kementerian Pertanian. Praktik berisiko ini menunjukkan bahwa produk bermerek yang dijual dengan harga tinggi ternyata tidak memenuhi standar kualitas.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menginformasikan bahwa terdapat 212 merek beras yang teridentifikasi melanggar ketentuan dan telah dilaporkan kepada Polri serta Kejaksaan Agung. Dari jumlah tersebut, 10 produsen termasuk industri besar seperti Wilmar Group dan Japfa Group telah menjalani pemeriksaan.
Untuk menggambarkan keparahan situasi ini, Andi Amran menggunakan peribahasa, “Kalau diibaratkan, ini seperti membeli emas 24 karat namun yang diterima ternyata hanya emas 18 karat,” menekankan isu keseriusan pelanggaran yang terjadi.
